Meski sering mendapatkan label sebagai
makanan rakyat yang murah meriah,
makanan jelata, tempe sesungguhnya
merupakan makanan sehat, bahkan
digolongkan ke dalam functional food
–makanan yang berfungsi sebagai obat,
yang banyak dikagumi bangsa lain.
Sejarah tempe
Penyebaran kedelai secara luas di Jawa
dimulai pada abad ke 19. Tempe merupakan
makanan asli Jawa yang berkembang di abad
ke 19 untuk mengatasi kenaikan jumlah
penduduk yang amat tinggi, sementara
wilayah hutan semakin kecil. Sementara pada
saat itu model tanam paksa menyebabkan
orang tidak bisa lagi berburu, beternak
maupun memancing, sehingga makanan orang
Jawa sedikit mengandung daging. Kondisi
ini memicu hadirnya tempe yang tidak lepas
dari produksi tahu di Jawa. Penemuan tempe
sebenarnya diperoleh secara kebetulan.
Catatan tertua tentang tempe dimuat dalam
Encyclopaedia van Nederlandsch Indie, 1922
yang mencatat tempe sebagai “kue yang
terbuat dari kacang kedelai melalui proses
peragian dan merupakan makanan kerakyatan
(volk’s voedsel)”.
Sumber Kompas 1 Januari 2000. Tempe,
Sumbangan Jawa Untuk Dunia. Oleh Dr.
Onghokham
Protein nabati ini memiliki banyak kelebihan
dibanding sumber protein lainnya. Kajian Asosiasi
Tempe di Jepang menyatakan kandungan gizi tempe
tak kalah dari daging sapi
• Tinggi serat, yang dibutuhkan untuk kesehatan saluran
pencernaan.
• Mudah dicerna, karena proses fermentasi tempe membuat
kedelai lebih lembut karena enzim yang dihasilkan ragi telah
mencerna nutrisi dalam kedelai. Jamur Rhizopus dalam tempe
menghasilkan enzim phytase yang mencerna phytates, sehingga
penyerapan mineral seperti zinc, besi, dan kalsium meningkat.
• Baik untuk pola makan rendah garam, aman dikonsumsi orang
yang harus mengurangi garam.
• Mengandung antibiotika alami, yang diproduksi oleh Jamur
Rhizopus yang dapat melawan sejumlah organisme merugikan,
dan menghindari disentri jika dikonsumsi setiap hari.
• Ramah bagi diabetes, karena protein dan serat dalam tempe
dapat mencegah kenaikan gula darah dan menjaga kadar gula
darah tetap terkontrol.
• Genestein dan fitoestrogen dalam tempe dapat mencegah kanker
prostat dan payudara (penelitian Universitas North Carolina,
Amerika Serikat).
• Memiliki kandungan vitamin B12 yang biasanya hanya
terdapat pada sumber pangan hewani. Penelitian tempe
semakin dikembangkan di Indonesia, meskipun masih jauh
disbanding Negara lain. Kita dapat menikmati jus tempe yang
dihasilkan LIPI, ataupu tempe kaleng yang dikembangkan BPPT.
Terbuktilkan tempe bukan lagi makanan murahan